Sabtu, 12 Januari 2012.
Itulah hari terakhir liburanku di semester 3. Lusanya saya menginjak semester 4. Dengan mata kuliah yang lebih mendalam lagi mengenai AGRONOMI & HORTIKULTURA. Tetapi belum saatnya untuk menceritakan itu. saya ingin menceritakan hari sabtu itu.
Hari itu, saya kembali lagi merantau di kampung orang untuk menimba ilmu. Namun, ada satu problem yang belum terselesaikan. Dan itu, tak pernah saya ungkapkan kepada orang lain. Padahal saya ingin sekali menceritakan itu pada kakak-kakakku, dan keluargaku. Hal ini yang membuatku selama ini kepikiran jika berada di tempat rantauku. Tetapi saat liburan, problem itu sementara hilang begitu saja. Dan akan muncul saat saya kembali ke rantauan. Problem itu adalah saya sendiri.
Itu, baruku sadari ketika bertemu dengan seorang bapak di bandara Hasanuddin. Bapak ini, awalnya saya duga adalah orang makassar. Saat berbicara dengannya, tentulah saya menggunakan logat lokalku. setelah lama ditanya-tanya oleh bapak tersebut, barulah saya menanyakan asalnya, karena saya merasa bahwa sepertinya orang ini bukan orang sulsel, soalnya dia menggunakan bahasa indonesia yang bagus. Ternyata bapak ini dari lampung, Bapak ini datang ke makassar dengan tujuan konferensi di suatu hotel. Kenyataan yang lain lagi, bahwa bapak ini, adalah seorang alumni agronomi di suatu universitas di Lampung.
Saya yang dengan ilmu minim sekali mengenai pertanian indonesia, merasa malu karena tidak dapat memanfaatkan waktu itu, untuk bertanya banyak mengenai pertanian.
Tau-tau bapak ini malah membahas masalah agama.Tanpa ditanya beliau mengatakan bahwa beliau adalah anggota HMI yang menyayangkan keadaan yang terjadi pada HMI. Kemudian beliu bercerita kesehatan, -melihat keadaanku yang lagi sakit-. Beliau mengatakan bahwa sakit kita itu -Flu, pusing, batuk, mata mines, demam dan sebagainya-, tidak jauh dari imbas perbuatan kita sendiri. Saat suatu keadaan tidak sesuai dengan selera, saat kita tak bisa mengutarakan sesuatu, saat kita berbantahan dengan orangtua/suami, saat ibu kita sendiri yang bermasalah dengan orang lain, saat kita jengkel, marah, saat pandangan kita berbeda, itu berdampak pada kesehatan. Dan itu memang benar dan terjadi pada diriku.
Beliau berkata, seseorang tidak patut untuk sombong. karena semua itu adalah milik-Nya. Kita tidak dapat memaksakan kehendak kita. Semua ini adalah kehendakNya. Kita bertemu, adalah kehendakNya. Dan saya merasa bahwa problemku yang selama ini saya tanyakan padaNya, bagaimana caranya diri ini menghadapi situasi itu, terjawab sudah, melalui bapak ini.Lebih banyak lagi yang beliau katakan yang tidak bisa kutuliskan. dan banyak yang terlupa olehku.
Satu amanah yang mencuat ketika beliau menanyakan mengenai pertanian di kampungku. Dan Beliau berkata, kalianlah yang menjadi generasi pelanjut yang harus mencari jalan keluar bagaimana agar hasil komoditas di daerah itu, dapat diolah lebih lanjut, tidak hanya usaha pertanian di hulu tapi harus mengalir ke pertanian hilir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan sungkan untuk berkomentar. Silahkan...