Minggu, 01 Maret 2015

Belajar dari Orang Unik

Bismillah...
Di kampus masing-masing mungkin terdapat orang-orang unik yang terkenal, dari tahun ke tahun menjadi buah bibir mahasiswa. Setiap angkatan membicarakannya. Di IPB pun seperti itu.
Salah satu orang unik yang saya temui di kampus adalah orang yang berbeda dari kebanyakan manusia. Ia seorang wanita. Biasa dipanggil Endah [nama aslinya tidak saya ketahui]. Dia orang unik [orang yang kurang waras]. Banyak orang yang takut berpapasan dengannya. Baru melihatnya saja, orang-orang pasti menghindarinya, mencari jalan lain agar tak bertemu, berjalan dengan cepat atau lari. Saya pun seperti itu. hehehe...
Tapi suatu waktu saya tak bisa menghindar. Di mesjid Al-hurriyah, Sepertinya dia baru saja selesai sholat. "Assalamu 'alaikum, Ummu", dia menyapa, menjabati tanganku, dan menanyakan kabar. [sepertinya itu kebiasaan dia saat bertemu dengan akhwat]. Deg... deg... deg... Saya waswas. Takut. Buru-buru saya minta izin untuk sholat.
Di waktu yang lain, malam hari, saya berpapasan. "Oiii.... JABLAI.... Kok malam-malam berkeliaran" kira-kira perkataannya senada itu. Sebaiknya seorang muslimah tidak berkeliaran sendirian di malam hari. Itu maksudnya. Maksud yang baik. Pada hari yang berbeda saya sempat melihatnya menegur 2 manusia yang berjalan berduaan [cewe & cowo]. Memang sebaiknya cewe-cowo tidak berduaan [berkhalwat].
Suatu hari saya berpapasan dengannya. Ingin segera menghindar tapi saya baru menyadari kehadirannya saat sudah dekat. Takut??? iya... Sebelum ia ngomel ke saya [gara-gara jibab hitam yang kukenakan saat itu-Dia tidak suka dengan orang yang berjilbab hitam. Kurang tau apa penyebabnya], secepat mungkin saya mengucapkan salam. Walhasil... Saya tidak diomeli dengan kata "JABLAI", tetapi ia justru mendekat dan menjabati tanganku.
"Mau kemana?", tanyanya.
"Mau pulang", jawabku.
"Neng punya jilbab g? punya gamis g?" Tanyanya. "Minta dong..." lanjutnya.
"Ia, saya punya. Mau diambil kapan?" Tanyaku.
"Sekarang saja" katanya.
Diperjalanan, kami ngobrol ala kadarnya. Saya sempat berpikir ia seperti orang normal. Tetapi saya tetap saja takut....
"Neng dari mana?" tanyanya.
"Dari kampus" jawabku.
"Kok ke kampus, kan sekarang lagi libur" katanya -waktu itu hari ahad-
Sampai di kosan, segera saja saya mengambil gamis dan jibab. Lalu kuserahkan. Sebenarnya saya pengen dia cepat pergi. Rasa takut masih menyelimutiku.... Tapi ia tetap saja duduk dan malah balik bertanya.
"Neng, mau kemana lagi?"
"Mau pulang, maksudku mau masuk ke kamar" jawabku gagap. Khawatir ia g mau pergi.
"Masuk saja sekarang". Jawabnya. Kemudian kujabati tangannya, kemudian kuucapkan salam, lalu saya masuk ke kosan. Ia tetap dalam posisi duduk sambil menikmati jambu.
Masih khawatir... saya menunggu dibalik pintu. Takut ia tetap nongkrong di teras rumah. Sepersekian detik, saya mengintip di jendela, ternyata ia sudah pergi. Nyesss... leganya.....
Pertanyaan yang ia tanyakan, dan jawaban yang ia berikan itu, seperti ingin memberitahu, muslimah yang mau keluar kemana pun itu, ia sebaiknya memiliki tujuan yang penting.
Di tempat berbeda, di waktu yang lampau ada orang seperti dia [orang kurang waras] yang nongkrong di depan rumah sanak keluargaku. Ia memakai pakaian ala kadarnya [auratnya terlihat]. Masyarakat sekitar sana risih. Ia diberi sarung, diberi pakaian. Tetapi tetap saja ia tidak ingin memakainya. Ia tetap nyaman dengan pakaian ala kadarnya. Endah salah satu dari manusia yang seperti mereka [orang yang kurang waras], tetapi ia berpakaian muslimah yang baik. Berpakaian longgar, dan jilbab teruntai menutupi dada. Walaupun kurang rapi, tetapi auratnya tertutup. Jarang didapati orang yang seperti dia.
Tidakkah kita malu? Endah dalam keadaan seperti itu, menjaga auratnya.
Mengapa kita [yang alhamdulillah memiliki akal] tidak menjaga aurat kita?
Apakah kita sama saja dengan temannya endah [orang kurang waras yang nyaman dengan pakaian ala kadarnya]?
----Pelajaran itu bisa dipetik darimana saja----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan sungkan untuk berkomentar. Silahkan...